GAMBARAN MASYARAKAT ARAB JAHILIYAH
Setelah pada bagian yang lalu membahas kondisi politik dan agama di jazirah
Arab, kita masih menyisakan pembahasan tentang kondisi sosial, politik dan
moral. Berikut ulasan singkatnya:
KONDISI SOSIAL
- Pertama , Pernikahan seperti pernikahan orang sekarang; yaitu seorang laki-laki mendatangi laki-laki yang lain dan melamar wanita yang dibawah perwaliannya atau anak perempuannya, kemudian dia menentukan maharnya dan menikahkannya.
- Kedua, seorang laki-laki berkata kepada isterinya manakala ia sudah suci
dari haidnya, "pergilah kepada si fulan dan bersenggamalah
dengannya", kemudian setelah itu, isterinya ini ia tinggalkan dan tidak ia
sentuh selamanya hingga tampak tanda kehamilannya dari laki-laki tersebut. Dan
bila tampak tanda kehamilannya, bila si suaminya masih berselera kepadanya maka
dia akan menggaulinya. Hal tersebut dilakukan hanyalah lantaran ingin
mendapatkan anak yang pintar. Pernikahan semacam ini dinamakan dengan nikah
al-Istibdha'.
- Ketiga, sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul, kemudian mendatangi seorang wanita dan masing-masing menggaulinya. Jika wanita ini hamil dan melahirkan, kemudian setelah berlalu beberapa malam dari melahirkan, dia mengutus kepada mereka (sekelompok orang tadi), maka ketika itu tak seorang pun dari mereka yang dapat mengelak hingga semuanya berkumpul kembali dengannya, lalu si wanita ini berkata kepada mereka: "kalian telah mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah melahirkan, dan dia ini adalah anakmu wahai si fulan!". Dia menyebutkan nama laki-laki yang dia senangi dari mereka, maka anaknya dinasabkan kepadanya.
- Ketiga, sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul, kemudian mendatangi seorang wanita dan masing-masing menggaulinya. Jika wanita ini hamil dan melahirkan, kemudian setelah berlalu beberapa malam dari melahirkan, dia mengutus kepada mereka (sekelompok orang tadi), maka ketika itu tak seorang pun dari mereka yang dapat mengelak hingga semuanya berkumpul kembali dengannya, lalu si wanita ini berkata kepada mereka: "kalian telah mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah melahirkan, dan dia ini adalah anakmu wahai si fulan!". Dia menyebutkan nama laki-laki yang dia senangi dari mereka, maka anaknya dinasabkan kepadanya.
- Keempat, Banyak laki-laki mendatangi seorang wanita sedangkan si wanita
ini tidak menolak sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Mereka ini adalah
para pelacur; di pintu-pintu rumah mereka ditancapkan bendera yang menjadi
simbol mereka dan siapa pun yang menghendaki mereka maka dia bisa masuk. Jika
dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya tersebut
berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (al-Qaafah) kemudian si ahli ini
menentukan nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka cocokkan ada
kemiripannya dengan si anak lantas dipanggillah si anak tersebut sebagai
anaknya. Dalam hal ini, si laki-laki yang ditunjuk ini tidak boleh menyangkal. Maka ketika Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
hapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah tersebut kecuali pernikahan yang ada
saat ini.
Dalam tradisi mereka, antara laki-laki dan wanita harus selalu berkumpul bersama dan diadakan dibawah kilauan ketajaman mata pedang dan hulu-hulu tombak. Pemenang dalam perang antar suku berhak menyandera wanita-wanita suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.Kaum Jahiliyah terkenal dengan kehidupan dengan banyak isteri (poligami) tanpa batasan tertentu. Mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini isteri bapak-bapak mereka bila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak mereka. Hak mentalak ada pada kaum laki-laki tetapi tidak memiliki batasan tertentu.
Allah berfirman: "Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang
telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan
(yang ditempuh).(22) Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (Dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu);
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.(23)". [Q.,s. 4/an-Nisa': 22-23].
Dalam tradisi mereka, antara laki-laki dan wanita harus selalu berkumpul bersama dan diadakan dibawah kilauan ketajaman mata pedang dan hulu-hulu tombak. Pemenang dalam perang antar suku berhak menyandera wanita-wanita suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.Kaum Jahiliyah terkenal dengan kehidupan dengan banyak isteri (poligami) tanpa batasan tertentu. Mereka mengawini dua bersaudara, mereka juga mengawini isteri bapak-bapak mereka bila telah ditalak atau karena ditinggal mati oleh bapak mereka. Hak mentalak ada pada kaum laki-laki tetapi tidak memiliki batasan tertentu.
Perbuatan zina merata pada setiap lapisan masyarakat. Tidak dapat kita
mengkhususkan hal itu kepada satu lapisan tanpa menyentuh lapisan yang lainnya.
Ada sekelompok laki-laki dan wanita yang terkecuali dari hal tersebut. Mereka
adalah orang-orang yang memiliki jiwa besar dan menolak keterjerumusan dalam
lumpur kehinaan. Wanita-wanita merdeka kondisinya lebih bagus dari kondisi para
budak wanita. Kondisi mereka (budah wanita) amat parah sekali. Nampaknya,
mayoritas kaum Jahiliyah tidak merasakan keterjerumusan dalam perbuatan keji
semacam itu menjadi suatu aib bagi mereka. Imam Abu Daud meriwayatkan dari
'Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata: "seorang laki-laki
berdiri sembari berkata: 'wahai Rasulullah! Sesungguhnya si fulan adalah anakku
dari hasil perzinaanku dengan seorang budak wanita pada masa Jahiliyah'." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda: "tidak ada dakwaan
dalam Islam (yang berkaitan dengan masa Jahiliyah). Urusan yang terkait dengan
masa Jahiliyah telah lenyap. Seorang anak adalah dari hasil ranjang (dinasabkan
kepada yang empunya ranjang,yaitu suami yang dengan nikah yang shah),
sedangkan kehinaan adalah hanya bagi wanita pezina". Begitu juga dalam hal
ini, terdapat kisah yang amat terkenal yang terjadi antara Sa'ad bin Abi
Waqqash dan 'Abd bin Zam'ah dalam mempersoalkan nasab anak dari budak wanita
Zam'ah, yaitu 'Abdur Rahman bin Zam'ah.
Sedangkan hubungan antara seorang bapak dengan anak-anaknya, amat berbeda-beda;
diantara mereka ada yang menguraikan rangkaian bait:
Sungguh kehadiran anak-anak di tengah kami
Bagai buah hati, berjalan melenggang diatas bumi
Diantara mereka, ada yang mengubur hidup-hidup anak- anak wanita mereka karena
takut malu dan enggan menafkahinya. Anak laki-laki dibunuh lantaran takut
menjadi fakir dan melarat.
Allah berfirman: "…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka..".
(Q.,s.6/al-An'am:151).
Allah juga berfirman: "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.(58) Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (59)". (Q.,s. 16/an-Nahl: 58-59).
Allah berfirman lagi: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah Yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar".(Q.,s. 17/al-Isra': 31).
Allah berfirman dalam ayat yang lain: "dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya". (Q.,s. 81/at-Takwir: 8).
Akan tetapi kita tidak bisa menganggap bahwa apa yang termaktub dalam ayat-ayat diatas telah mencerminkan moral yang berlaku umum di masyarakat. Di sisi lain, mereka justru sangat mengharapkan anak laki-laki untuk dapat membentengi diri mereka dari serangan musuh. Sedangkan pergaulan antar seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku yang menambah rasa fanatisme tersebut. Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali rahim. Mereka hidup dibawah semboyan yang bertutur: "Tolonglah saudaramu baik dia berbuat zhalim ataupun dizhalimi". Mereka menerapkan semboyan ini sebagaimana adanya, tidak seperti arti yang telah diralat oleh Islam yaitu menolong orang yang berbuat zhalim maksudnya mencegahnya melakukan perbuatan itu. Meskipun begitu, perseteruan dan persaingan dalam memperebutkan martabat dan kepemimpinan seringkali mengakibatkan terjadinya perang antar suku yang masih memiliki hubungan se-bapak. Kita dapat melihat fenomena tersebut pada apa yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, dan lain-lain.
Allah berfirman: "…dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka..".
(Q.,s.6/al-An'am:151).
Allah juga berfirman: "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.(58) Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (59)". (Q.,s. 16/an-Nahl: 58-59).
Allah berfirman lagi: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah Yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar".(Q.,s. 17/al-Isra': 31).
Allah berfirman dalam ayat yang lain: "dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya". (Q.,s. 81/at-Takwir: 8).
Akan tetapi kita tidak bisa menganggap bahwa apa yang termaktub dalam ayat-ayat diatas telah mencerminkan moral yang berlaku umum di masyarakat. Di sisi lain, mereka justru sangat mengharapkan anak laki-laki untuk dapat membentengi diri mereka dari serangan musuh. Sedangkan pergaulan antar seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya sangat kental dan kuat. Mereka hidup dan mati demi fanatisme kesukuan. Semangat untuk bersatu begitu membudaya antar sesama suku yang menambah rasa fanatisme tersebut. Bahkan prinsip yang dipakai dalam sistem sosial adalah fanatisme rasial dan hubungan tali rahim. Mereka hidup dibawah semboyan yang bertutur: "Tolonglah saudaramu baik dia berbuat zhalim ataupun dizhalimi". Mereka menerapkan semboyan ini sebagaimana adanya, tidak seperti arti yang telah diralat oleh Islam yaitu menolong orang yang berbuat zhalim maksudnya mencegahnya melakukan perbuatan itu. Meskipun begitu, perseteruan dan persaingan dalam memperebutkan martabat dan kepemimpinan seringkali mengakibatkan terjadinya perang antar suku yang masih memiliki hubungan se-bapak. Kita dapat melihat fenomena tersebut pada apa yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj, 'Abs dan Dzubyan, Bakr dan Taghlib, dan lain-lain.
Di lain pihak, hubungan yang terjadi antar suku yang berbeda-beda benar-benar
berantakan. Kekuatan yang ada mereka gunakan untuk berjibaku dalam peperangan.
Hanya saja terkadang, rasa sungkan serta rasa takut mereka terhadap sebagian
tradisi dan kebiasan bersama yang sudah ada dan berlaku antara ajaran agama dan
khurafat sedikit mengurangi deras dan kerasnya genderang perseteruan tersebut.
Dan dalam kondisi tertentu, loyalitas, persekutuan dan subordinasi yang
terjalin menyebabkan antar suku yang berbeda berangkul dan bersatu. Dan
satu-satunya yang merupakan rahmat dan penolong bagi mereka adalah adanya
bulan-bulan yang diharamkan berperang (al-Asyhurul Hurum) sehingga mereka dapat
menghirup kehidupan dan mencari rizki guna kebutuhan sehari-hari.
Singkat kata, bahwa kondisi sosial yang berlaku di masyarakat Jahiliyah
benar-benar rapuh dan dalam kebutaan. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat
merajalela dimana-mana. Orang-Orang hidup layaknya binatang ternak. Wanita
diperjual belikan bahkan terkadang diperlakukan bak benda mati. Hubungan antar
umat sangat lemah, sementara setiap ada pemerintahan maka ujung-ujungnya hanyalah
untuk mengisi gudang kekayaan mereka yang diambil dari rakyat atau menggiring
mereka untuk berperang melawan musuh-musuh yang mengancam kekuasaan
mereka.
KONDISI EKONOMI
Kondisi sosial diatas berimbas kepada kondisi ekonomi. Hal ini diperjelas
dengan melihat cara dan gaya hidup bangsa Arab. Berniaga merupakan sarana
terbesar mereka dalam menggapai kebutuhan hidup, namun begitu, roda perniagaan
tidak akan stabil kecuali bila keamanan dan perdamaian membarenginya. Akan
tetapi kedua situasi tersebut lenyap dari Jazirah Arab kecuali pada "al-Asyhurul
Hurum" saja. Dalam bulan-bulan inilah pasar-pasar Arab terkenal seperti
'Ukazh, Dzil Majaz, Majinnah dan lainya beroperasi.
Sedangkan dalam kegiatan industri mereka termasuk bangsa yang amat jauh
jangkauannya dari hal itu. Sebagian besar hasil perindustrian yang ada di
kalangan bangsa Arab hanyalah berupa tenunan, samak kulit binatang dan lainnya.
Kegiatan ini ada pada masyarakat Yaman, Hirah, dan pinggiran kota Syam. Benar,
di kawasan domestik Jazirah ada sedikit industri bercocok tanam, membajak sawah,
dan beternak kambing, sapi serta onta. Kaum wanita rata-rata menekuni seni
memintal. Namun barang-barang tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi sasaran
peperangan. Kemiskinan, kelaparan serta kehidupan papa menyelimuti
masyarakat.
KONDISI MORAL
Kita tidak dapat memungkiri bahwa masyarakat Jahiliyah identik dengan kehidupan
nista, pelacuran dan hal-hal lain yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan
ditolak oleh perasaan. Namun begitu, mereka juga mempunyai akhlak mulia dan
terpuji yang amat menawan siapa saja dan membuatnya terkesima dan takjub.
Diantara akhlak tersebut adalah:
1. Kemurahan hati
Mereka berlomba-lomba dalam sifat ini dan membangga-banggakannya. Setengah dari bait-bait Sya'ir mereka penuh dengan ungkapan tentang sifat ini antara pujian kepada diri sendiri dan kepada orang lain yang memiliki sifat yang sama. Seseorang terkadang kedatangan tamu di musim dingin yang membeku, kelaparan yang menggelayut serta dalam kondisi tidak memiliki harta apa-apa selain onta betina yang merupakan satu-satunya sumber hidupnya dan keluarganya, akan tetapi getaran kemurahan hati yang menggema di dada membuat mereka tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan suguhan istimewa buat tamunya, lantas disembelihlah onta satu-satunya tersebut. Diantara pengaruh sifat murah hati tersebut; mereka sampai-sampai rela menanggung denda yang berlipat dan beban-beban berat demi upaya mencegah pertumpahan darah dan lenyapnya jiwa.
Mereka berbangga dengan hal itu dan memuji-muji diri dihadapan para tokoh dan pemuka. Pengaruh lain dari sifat tersebut, mereka memuji-muji diri karena minum khamar/arak. Hal ini sebenarnya bukanlah lantaran bangga dengan esensi minum-minum itu, tetapi lantaran hal itu merupakan sarana menuju tertanamnya sifat murah hati tersebut, dan juga sarana yang memudahkan tumbuhnya jiwa yang boros. Dan lantaran itu pula, mereka menamakan pohon anggur dengan al-Karom (murah hati) sedangkan arak yang terbuat dari anggur itu mereka namakan bintul Karom. Jika anda membuka kembali Diwan (Buku-buku/lembaran-lembaran yang mengoleksi) sya'ir-sya'ir Jahiliyah, anda akan menemukan satu bab yang bertema : al-Madih wal fakhr (puji-pujian dan kebanggaan diri) . Dalam hal ini, 'Antarah bin Syaddad al-'Absy mengurai bait-bait syairnya dalam Mu'allaqah-nya (Mu'allaqah artinya yang digantungkan maksudnya bahwa kumpulan sya'ir-sya'ir tujuh Penyair 'Arab terkenal pada masa itu yang dinamakan dengan al-Mu'allaqat as-Sab', termasuk diantaranya 'Antarah ini, digantungkan secara bersama di dinding ka'bah sehingga semua orang yang melakukan thawaf dapat mengetahui sekaligus membacanya):
"Sungguh aku telah menenggak arak di tempat mulia sesudah wanita-wanita
penghibur ditelantarkan dengan cangkir dari kaca kuning diatas nampan nan
terangkai bunga dalam genggaman tangan dingin Saat aku menenggak, sungguh aku
habiskan seluruh Hartaku,namun begitu, kehormatanku masih sadarkan Kala aku
tersadarkan, takkan lengah menyongsong panggilan Sebagaimana hal itu melekat
pada sifat dan tabi'atku"
Pengaruh lainnya dari sifat al-Karom adalah mereka menyibukkan diri dalam
bermain judi dimana mereka menganggap hal itu sebagai sarana menuju sifat
tersebut karena dari keuntungan yang diraih dalam berjudi tersebut, mereka
persembahkan buat memberi makan fakir miskin. Atau bisa juga diambil dari sisa
keuntungan yang diraih masing-masing pemenang. Oleh karena itu, anda lihat
Al-Qur'an tidak mengingkari manfa'at dari khamar dan judi (maysir) itu, akan
tetapi menyatakan : "..Dan dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya". (Q,.s. 2/al-Baqarah: 219).
2. Menepati Janji
Janji dalam tradisi mereka adalah laksana agama yang harus dipegang teguh
meskipun untuk mendapatkannya mereka menganggap enteng membunuhi anak-anak
mereka dan menghancurkan tempat tinggal mereka sendiri. Untuk mengetahui hal
itu, cukup dengan membaca kisah Hani' bin Mas'ud asy-Syaibany, as-Samaual bin
'Adiya dan Hajib bin Zurarah at-Tamimy.
Kebanggan pada diri sendiri dan sifat pantang menerima pelecehan dan kezhaliman
Implikasi dari sifat ini, tumbuhnya pada diri mereka keberanian yang amat
berlebihan, cemburu buta dan cepatnya emosi meluap. Mereka adalah orang-orang
yang tidak akan pernah mau mendengar ucapan yang mereka cium berbau penghinaan
dan pelecehan. Dan apabila hal itu terjadi, maka mereka tak segan-segan
menghunus pedang dan mengacungkan tombak, dan mengobarkan peperangan yang
panjang. Mereka juga tidak peduli bila nyawa mereka menjadi taruhannya demi
mempertahankan sifat tersebut.
3. Tekad yang pantang surut
Bila mereka sudah bertekad untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap suatu
kemuliaan dan kebanggaan maka tak ada satupun yang dapat menyurutkan tekad
mereka tersebut, bahkan mereka akan nekad menerjang bahaya demi hal itu.
4. Lemah lembut, tenang dan waspada
Mereka menyanjung sifat-sifat semacam ini, hanya saja keberadaannya seakan
terhalangi oleh amat berlebihannya sifat pemberani dan ketergesaan mereka dalam
mengambil sikap untuk berperang.
5. Gaya hidup lugu dan polos ala Badui yang belum terkontaminasi oleh kotoran
peradaban dan tipu dayanya
Implikasi dari gaya hidup semacam ini, timbulnya sifat jujur, amanah serta anti
menipu dan mengibul.
Kita melihat bahwa tertanamnya akhlak yang amat berharga ini, disamping letak
geografis jazirah Arab di mata dunia adalah sebagai sebab utama terpilihnya
mereka untuk mengemban risalah yang bersifat umum dan memimpin umat manusia dan
masyarakat dunia. Sebab akhlak ini meskipun sebagiannya dapat membawa kepada
kejahatan dan menimbulkan peristiwa yang tragis, namun sebenarnya ia adalah
akhlak yang amat berharga, dan akan menciptakan keuntungan bagi umat manusia
secara umum setelah adanya sedikit koreksi dan perbaikan atasnya. Dan hal
inilah yang dilakukan oleh Islam ketika datang. Nampaknya, akhlak yang paling berharga dan amat bermanfaat menurut mereka
setelah sifat menepati janji adalah sifat kebanggaan pada diri dan tekad
pantang surut. Hal demikian, karena tidak mungkin dapat mengikis kejahatan dan
kerusakan yang ada serta menciptakan sistem yang penuh dengan keadilan dan
kebaikan kecuali dengan kekuatan yang memiliki daya gempur dan tekad yang
membaja. Selain sifat-sifat diatas, mereka juga memiliki sifat-sifat mulia lainnya namun
bukanlah maksud kami menghadirkannya disini untuk melacaknya secara tuntas.
Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum
List Posting Sirah Nabawiyah :
Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
List Posting Sirah Nabawiyah :
- Posisi Bangsa Arab Dan Kaumnya
- Kekuasaan dan Imarah Di Kalangan Bangsa Arab
- Agama Bangsa Arab
- Gambaran Masyarakat Arab Jahiliyah
- Nasab dan Keluarga Besar Nabi
- Milad dan Empat Puluh Tahun Sebelum Kenabian
- Periode Mekkah
- Tahapan Pertama Berjihad Melalui Dakwah Kepada Allah
- Berdakwah Secara Terang-Terangan (Dakwah Jahriyyah)
- Pemboikotan Menyeluruh
- Delegasi Terakhir Quraisy Yang Mengunjungi Abu Thalib
- Kematian Abu Thalib
- Faktor Kesabaran dan Ketegaran Kaum Muslimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar