Already closed the door, door of my heart, who ever was opened by the time especially for you. Now you went from my life. I must put you behind even if I don't want to... Just hear, My Sun, the sound of my tears. I sadness because of the love arrow stab into my heart. Say, My Sun, the poems of my life, about me that could not conquering the Time. (Agnez M Muljoto)
Penghujung Januari
2013, Smartfren meramaikan pasar smartphone Indonesia dengan
meluncurkan Andromax U. Smartphone Android 4.0 (Ice Cream Sandwich)
ini mengusung layar seluas 4,5 inci.
Perusahaan penyedia layanan telekomunikasi berbasis teknologi EV-DO Rev. B fase
2 ini, membekali Andromax U dengan layar IPS (540 x 960 piksel). "Setelah
Andromax I, kini dengan persiapan yang matang kami meluncurkan Andromax
U," kata Deputy Chief Executive Officer (CEO) Commercial Smartfren Djoko
Tata Ibrahim di Lagoon Tower Exclusive Entrance, Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Andromax U merupakan ponsel dual on stand-by EV-DO + GSM dan dual
card slot (micro RUIM - SIM), yang diperkuat dengan prosesor dual
core 1,2 GHz Qualcom Snapdragon. Untuk urusan membidik objek, smartfren mempercayakan
kamera belakang dengan resolusi 8 megapiksel auto fokus (LED flash) dan kamera
depan 2 megapiksel.
Smartphone ini juga dilengkapi dengan memori internal 4GB. Slot micro SD
hingga 32GB, baterai Li-Ion 1800 mAH, WiFi Hotspot maksimal 5 pengguna, dan RAM
768MB. Andromax U dipasarkan bersamaan dengan kartu perdana Smartfren seharga
Rp1,6 juta.
Semakin melengkapi variasi lini produknya, Smartfren memberikan tiga pilihan
warna untuk ponsel terbarunya ini yaitu hitam, putih, dan biru.
Diungkapkan Djoko, Andromax U berhasil menarik minat yang besar dari konsumen.
Sebelum diluncurkan, kata Djoko, pre order Andromax U telah
mencapai dua ribu unit. "Untuk memenuhi permintaan, kami telah sediakan 30 ribu unit Andromax U
untuk dua bulan," pungkasnya.
Smartfren secara resmi
meluncurkan smartphone andalan terbaru mereka, dengan banderol harga Rp1.599.000.
Lose To
Win merupakan salah satu lagu utama dari album "Best Of Me"
dari Daniel Powter, yang dirilis Desember 2010. Best Of Me sendiri
berisikan beberapa lagu dari self titled debut albumnya juga beberapa dari
Under The Radar yang ditambah dengan empat lagu baru yang belum pernah dirilis
dimanapun.Mengutip dari Warner
Music Jepang yang mengatakan bahwa, “Lose To Win is a self-SMAP’s cover
song dedicated to the new fight songs,” karena lagu Lose To Win
sendiri adalah cover song dari lagu boyband Jepang terkenal SMAP yang berjudul
asli Cry For The Smile, yang juga awalnya ditulis oleh Daniel sendiri untuk
boyband tersebut. Seperti kebanyakan lagu Daniel, lagu ini merupakan lagu
yang easy listening dan menyenangkan. Dengan elemen pop, lagu ini digarap tidak
jauh berbeda dengan versi Jepang-nya, bedanya hanya terletak pada tempo lagu
ini yang lebih cepat dan upbeat serta lagu ini lebih bersemangat ketimbang lagu
aslinya yang dikeluarkan Juli lalu dan tentunya, dengan sentuhan suara Daniel
yang khas pada musiknya. Bersama lagu feel good seperti ini,
sepertinya Daniel sudah siap untuk kembali menghibur para fansnya di seluruh
dunia.
Lirik
dalam lagu ini menyuarakan tentang masalah menang dan kalah – sesuatu yang
sering dialami manusia dalam menghadapi problema kehidupan. Menurut Daniel,
lagu ini lebih menitikberatkan pada kekalahan dibandingkan kemenangan itu
sendiri. “Orangtuaku mengajariku bahwa kau mempelajari sesuatu ketika kau
kalah. Kau tidak akan menghargai kemenangan sampai kau gagal beberapa kali.
Kemenangan akan kehilangan nilainya jika kau selalu berhasil,” ucapnya seperti
dikatakan kepada para fansnya. “Kegagalan itu bagus karena akan mengajarimu
untuk bersiap mendapatkan keberhasilan,” lanjutnya. Saya sendiri sangat setuju
dengan pernyataan yang dilontarkan Daniel, dan seperti kata seorang guru besar
di Indonesia bahwa, “Beruntunglah kalian yang gagal karena kalian akan tahu
caranya untuk bangkit.” Jadi, jika kalian merasa terpuruk saat tidak berhasil
meraih sesuatu, ada baiknya untuk mendengar lagu ini dan menghayati liriknya –
dan semoga, kalian akan mendapat semangat baru untuk mencapai cita-cita yang
kalian inginkan.
Instagram mengubah
Kebijakan Privasi dan Syarat Layanan yang berhubungan dengan hak kekayaan
intelektual. Mereka mengklaim punya hak untuk menjual foto pengguna tanpa
membayar dan pemberitahuan dimana kebijakan ini berlaku mulai 16 Januari 2013,
atau 8 bulan setelah Instagram diakuisisi Facebook pada Mei 2012. Mungkinkah
ini langkah Facebook meraup keuntungan dari Instagram?
Di bawah kebijakan baru itu, Facebook tampak mengklaim hak abadi atas lisensi
foto publik di Instagram. Foto itu rencananya akan dikomersialkan untuk
perusahaan dan organisasi lainnya, termasuk untuk tujuan periklanan.
Berikut adalah kutipan
dari syarat layanan baru Instagram:
Dengan ini, Anda memberikan lisensi yang
berlaku di seluruh dunia pada Instagram secara non-eksklusif, telah terbayar
penuh, bebas royalti, bisa dipindahkan, bisa dilisensikan ulang, untuk
menggunakan konten yang Anda sampaikan di atau melalui layanan ini.
Untuk
membantu kami menghadirkan konten berbayar ataupun promosi, Anda mengizinkan
bisnis atau organisasi lain membayar kami untuk menampilkan username milik
Anda, kecenderungan, foto (termasuk metadata yang terkait), dan/atau aktivitas
yang Anda lakukan, terkait dengan konten sponsor atau berbayar, tanpa
kompensasi untuk Anda.
Untuk melihat syarat layanan terbaru Instagram, Klik disini
Pilihan kata yang
menimbulkan kontroversi itu adalah, "Anda dengan ini memberikan Instagram
izin yang terbayar penuh, bebas royalti dan bisa dialihkan serta berlaku di
seluruh dunia untuk menggunakan konten yang anda unggah di atau melalui layanan
ini."
Peraturan itu juga
menyatakan bahwa "bisnis atau perusahaan lain dapat membayar kami untuk
menunjukkan nama pengguna anda, yang anda sukai, foto atau tindakan yang anda
lakukan terkait dengan konten atau promosi berbayar tanpa kompensasi apa pun
pada anda."
Hal ini dapat dengan
mudah kita definisikan bahwa, jika pengguna tak menghapus akun sebelum 16
Januari 2013, mereka dianggap menyetujui persyaratan baru; dan jika pengguna
tetap mengunggah foto ke Instagram atau menghapus akunnya setelah tenggat
waktu, pengguna dianggap memberi hak kepada Facebook dan Instagram atas foto
tersebut.
Kebijakan ini sontak
mendapat protes dari pengguna Instagram. Facebook seakan ingin menjadikan
Instagram sebagai situs agen foto. Penulis sekaligus pengembang perangkat lunak
Reginald Braithwaite menilai, pengguna Instagram saat ini hanyalah sapi perah
yang memproduksi foto, untuk kemudian dijual oleh Facebook dan Instagram kepada
pihak ketiga.
Benarkah
demikian?
Instagram menanggapi
protes yang dilontarkan pengguna terkait Kebijakan Privasi dan Syarat Layanan
baru. Layanan berbagi foto ini mengklarifikasi "tidak berencana"
menjual foto pengguna untuk kepentingan iklan, Selasa (18/12/2012).
Pendiri sekaligus CEO Instagram, Kevin Systrom, menulis di blog resmi
perusahaan bahwa pengguna salah menafsirkan istilah dalam Syarat Layanan (Terms
of Use) yang baru saja dirilis Senin lalu. Ia menegaskan, Instagram tak
menjual foto pengguna kepada pihak ketiga tanpa kompensasi.
"Ini tidak benar dan itu adalah kesalahan kami bahwa bahasa yang kami
gunakan memang membingungkan," tulis Systrom. "Jelas saja, bukan niat
kami untuk menjual foto Anda. Kami sedang bekerja memperbaiki bahasa agar
semuanya menjadi jelas."
Facebook yang membeli Instagram pada Mei 2012 lalu memang berencana
menghasilkan uang dari layanan Instagram. Kebijakan Syarat Layanan baru yang
cenderung melanggar hak kekayaan intelektual itu justru menjadi bumerang bagi
Instagram. Banyak pengguna yang mengancam menutup akun dan memboikot.
Untungnya, Facebook dan Instagram segera merespons dan mengklarifikasi. Sebagai
strategi iklan untuk mendapatkan uang, Instagram akan menampilkan gambar profil
pengguna lain dan informasi tentang siapa yang mereka follow. Teknik ini
mirip seperti iklansponsored stories di Facebook.
Systrom pun berjanji tidak akan menampilkan foto iklan dalam lini masa (timeline) pengguna
karena Instagram menghindari "spanduk" iklan.
Instagram kini memiliki 100 juta pengguna. Mulanya, kesepakatan akuisisi
Instagram oleh Facebook mencapai 1 miliar dollar AS dalam bentuk tunai dan
saham. Transaksi akuisisi diselesaikan pada September 2012 senilai 715 juta
dollar AS. Jumlah tersebut turun seiring anjloknya nilai saham Facebook di
bursa Nasdaq, New York, Amerika Serikat.
Perlindungan
Konsumen
Menyusul penyangkalan
Instagram, Electronic Frontier Foundation, grup kampanye AS yang giat
memperjuangkan hak-hak konsumen di website dan media sosial mengatakan pada BBC
bahwa "tampaknya ada sedikit permainan kata di sini."
"Sulit untuk
dievaluasi kerusakan yang ditimbulkan huru hara ini pada perusahaan di tahap
awal, tapi jejaring sosial berisiko kehilangan kepercayaan penggunanya. Dan
jejaring sosial bergantung pada kesediaan pengguna berbagi informasi dan
pengguna merasa hal itu aman," kata juru bicara Parker Higgins.
Kebijakan tersebut
memang sama dengan “new terms of service”
milik Facebook, hanya saja situs jejaring sosial itu masih berbaik hati dengan
memberikan peringatan bagi para penggunanya untuk meningkatkan pengamanan
pribadi pada akun masing-masing, seperti membatasi keterbukaan pada foto-foto
pribadi di album dalam Facebook ataupun alamat, dan nama lengkap. Sedangkan
dari “privacy policy” jelas
diungkapkan bahwa Instagram juga boleh mengirimkan informasi berupa data cookie
pihak ketiga, yaitu rekan periklanan.
Informasi yang
dikirimkan tersebut memperbolehkan pihak periklanan sebagai pihak ketiga
menyampaikan target iklan yang diyakini akan menjadi yang paling menarik bagi
kamu. Dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pihak Instagram tersebut,
jadi jelas sudah bahwa Instagram meminta sekaligus memberikan wewenang pada
dirinya sendiri untuk mengelola data para pengguna yang ada pada mereka sampai
kapanpun tanpa harus membayar apa pun pada pengguna selaku pemilik data. Dengan
kata lain, Instagram menjual foto-foto kamu tanpa membayar royalti ataupun
kompensasi sejenisnya.
Jika benar hanya untuk
kepentingan periklanan sih bukan perkara besar. Yang jadi masalah, apabila data
kita dijual ke perusahaan keamanan (coorporate ataupun goverment agency), ceritanya pasti
akan berbeda. Sampai pada akhirnya (dengan alas an keamanan) saya putuskan
untuk menghapus account facebook milik saya dengan aman, jauh sebelum Facebook
mengakuisisi Instagram.
Bagaimana dengan Anda,
apakah Anda ragu-ragu untuk terus menggunakan Instagram?